Minggu, 12 Mei 2013

KARYA ILMIAH-SOSIOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Pelajar merupakan suatu objek yang masih rentan terhadap pengaruh masa kini. Dan sekolah juga merupakan tempat atau sarana yang menujang terhadap pergaulan masa kini. Salah satu pengaruh masa kini adalah berpacaran. Tidak sedikit pelajar yang menjadi hal tersebut adalah tren.
Zaman sekarang ini berpacaran tidak hanya dikenal di kalangan orang – orang yang sudah lulus sekolah saja. Malahan sekarang itu hampir dikalangan semua siswa atau siswi. Yang mengejutkan lagi malah siswa/i SD yang juga sudah mulai berpacaran.
Apabila tindakan itu didiamkan akan mengakibatkan dampak buruk bagi para siswa maupun siswi tersebut. Ditambah lagi dengan siswa maupun siswi, yang memang belum tahu pasti tentang cara berpacaran yang baik dan benar.
Pacaran adalah aktivitas yang dekat dengan dunia remaja. Bagi remaja sekarang tidak gaul, kuno, dan kolot jika tidak pacaran. Masalahnya adalah bagi remaja sekarang tidak disebut pacaran jika tidak kissing, necking, petting, bahkan sampai pada intercourse. Dari sinilah serangkaian masalah pelik muncul yang bisa menghancurkan masa depan remaja. (Muhammad Syafi’ie : 2011)
Sebenarnya pacaran adalah godaan para remaja yang mesti diperhatikan secara serius. Pacaran kelihatannya mengasikkan, padahal pacaran merupakan godaan yang mesti diwaspadai. Pacaran akan membuat konsentrasi remaja terpecah berkeping-keping. Energi dan pikiran remaja akan banyak tersiksa untuk mempertahankan hubungan dengan sang pacar. Bukankah dalam pacaran sering terjadi berbagai konflik. Konflik-konflik itu akan membuat seorang remaja menjadi pusing bahkan koma, ada yang sampai depresi akibat bertengkar dengan pacar. (Suparno : 2009)
Karena tidak semua siswa maupun siswi yang memikirkan dampak – dampak yang akan terjadi bagi diri mereka masing – masing. Dan apakah berpacaran itu dapat mempengaruhui prestasi mereka di sekolah. Itulah yang membuat penulis tertarik untuk membahas tentang Pengaruh Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa di dalam karya tulis ini. Hal – hal yang mempengaruhi :
1.      Bagaimana tanggapan siswa/i lain terutama siswa/i yang belum atau tidak berpacaran.
2.      Cara pelajar membagi waktunya antara berpacaran dengan belajar
3.      Dan sebetulnya apakah berpacaran mempunyai dampak tersendiri bagi prestasi mereka disekolah tersebut.
4.      Bagaimana pandangan siswa/i sendiri melihat dampak positif dan negatif dari berpacaran yang sudah mereka jadikan tren pada saat ini.
5.      Serta bagaimana menurut para guru mengenai dampak yang di berikan dari berpacaran terhadap anak didiknya.
6.      Dan bagaimana caranya bagi siswa maupun siswi yang memang sudah berprestasi untuk mempertahankan prestasinya walaupun mereka berpacaran.
1.2            Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari laporan penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan antara pacaran terhadap prestasi belajar siswa SMA NEGERI 1 BATANGHARI ?
1.3            Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tanpa terganggu oleh hal berpacaran.
1.4            Tujuan
Berdasarkan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan dari penelitan ini adalah :
1.         bagaimana tanggapan mereka mengenai dampak positif maupun negatif yang di berikan.
2.         Seberapa besar minat siswa maupun siswi untuk bepacaran.
3.         Karya tulis ini juga mencari tahu bagaimana cara berpacaran yang memang pantas di lakukan dikalang siswa maupun siswi.
4.         Dan karya tulis ini mempunyai tujuan lain yaitu, agar pembaca tahu baik buruk nya pengaruh berpacaran terhadap prestasi pelajar. Serta mengetahui seberapa banyak siswa maupun siswi yang merasakan pengaruh positif dari hal tersebut.
1.5            Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.         Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan meninggalkan gaya berpacaran yang dapat menimbulkan dampak negatif  bagi para siswa.
2.         Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.6            Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan judul karya tulis dan masalah yang di kemukakan, maka penulis akan menggunakan hipotesis verbal sebagai dugaan sementara di dalam penelitian ini :
Ø  Hipotesi alternatif ( H )  : Adanya pengaruh berpacaran terhadap prestasi belajar siswa di sekitar SMA NEGERI 1 BATANGHARI.
Ø  Hipotesis nol ( H0 )                      : Tidak ada pengaruh berpacaran terhadap prestasi belajar siswa di sekitar SMA NEGERI 1 BATANGHARI.


1.7            Penjelasan istilah
Istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pacaran dan Prestasi Belajar.
Pacaran adalah aktivitas menumpahkan rasa suka dan sayang kepada lawan jenis, ( JNC 58 ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi ketiga, 2002 : 807 ) Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan dengan sang pacar. http://m.kompasiana.com
Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil yang di capai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Didalam Webster new international dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu :
“ Achievement test a standardized test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study “. http://www.belajarpsikologi.com
1.8            Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data yang di peroleh
berupa angka-angka yang diolah menggunakan data statistik.








BAB II
LANDASAN TEORI

2.1              Remaja dan perkembangannya
Masa remaja, menurut Mappiare (1982) berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukannya 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991). Pada usia ini anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya di sebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).
Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekadar melihat apa adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya  (Shaw dan Costanzo).
2.2           Minat remaja terhadap pendidikan
Hal yang dikeluhkan oleh remaja umumnya adalah masalah sekolah dan pekerjaan rumah, kursus wajib, makan di kantin, dan cara pengelolaan sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara mereka mengajar. Namun demikian, mayortitas remaja akhir bias menyesuaikan diri secara baik di sekolah , baik dengan masalah-masalah akademik maupun social.
Minat remaja pada pekerjaan sangatt mempengaruhi besarnya minat mereka terhadap pendidikan. Bagi mereka pendidikan tinggi dianggap sebagai batu loncatan untuk meraih pekerjaan. Pada umunya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan bermanfaat dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Remaja yang lebih tua sebagaimana remaja muda, memandang keberhasilan dalam olahraga dan kehidupan social sama pentingnya dengan keberhasilan dalam tugas-tugas sekolah dan merupakan batu loncatan bagi keberhasilan masa depan.
Diantara remaja, ada juga yang tidak berminat pada pendidikan, bahkan membenci sekolah. Pertama, remaja yang orangtuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistis terhadap prestasi akademik atau prestasi social yang terus-menerus mendesak untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Kedua, remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas, yang tidak mengalami kegembiraan sebagaimana dialami teman-teman sekelas dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Ketiga, remaja yang matang lebih awal fisiknya jauh lebih besar dibandingkan teman-teman sekelasnya. Karena penampilannya lebih tua dari usia yang sesungguhnya, sering dia diharapkan berprestasi lebih baik melebihi kemampuannya.
Ketiga jenis remaja yang kurang berminat pada pendidikan itu biasanya menunjukkan cirri-ciri ketidaksenangannya. Misalnya, berprestasi rendah, bekerja dibawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukainya, membolos dan berusaha memperoleh izin dari orangtua untuk berhenti sekolah sebelum waktunya, berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir tanpa merasa perlunya ijazah. Gejala seperti ini sering tampak pada remaja yang matang lebih awal yang hanya memandang sekolah sebagai sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, bahkan memandangnya sebagai pengalaman yang merendahkan.
2.3           Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis
Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Dalam konteks ini, kublen (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984 : 153) bahkan menegaskan bahwa : the social interest of adolescent are essentially sex socoal interest. Oleh sebab itu, masa remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan, melainkan tumbuhnya ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Hubungan social yang tidak terlalu menghiraukan perbedaan jenis kelamin pada masa-masa sebelumnya, kini beralih ke hubungan sosial yang dihiasi perhatian terhadap jenis kelamin. Ada yang mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis (Sunarto, 1998). Keinginan mambangun hubungan sosial dengan jens kelamin lain dapat dpandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.
2.4     Sarana / Prasarana dalam berpacaran
Sarana yang sudah tidak asing lagi didengar bagi pelajar SMA pastinya adalah disekolah. Karena tidak sedikit pula siswa maupun siswi yang suka dengan lawan jenis nya, lebih tepat lagi siswa maupun siswi mempunyai lebih banyak waktu untuk mengenal lawan jenis nya lebih detail.Karena seperti yang dikatakan penulis dari mata turun ke hati. Itulah yang mengakibatkan tidak sedikit dari pelajar yang sudah berpacaran dengan teman sekelas maupun teman lain kelas. Disekolah juga disediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan bagi siswa maupun siswi seperti: taman, kantin, danau, kolam renang, lapangan basket, lapangan voly, lapangan tenis dan lain – lain.
Sarana tersebut selain digunakan untuk kepentingan pendidikan siswa maupun siswi, juga dapat dipergunakan untuk berpacaran. Selain disekolah juga banyak tempat-tempat umum yang dapat mereka pergunakan. Karena di jaman sekarang ini bagi siswa maupun siswi berpacaran adalah hal yang sudah lumrah jadi mereka juga merasa bebas untuk berpacaran dimanapun. Karena yang penting mereka merasa nyaman di tempat itu. Dan tidak ada yang mengganggunya. Mereka pun tidak sungkan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada disekolah, karena  memang sarana dan prasarana tersebut dibuat untuk kenyamanan siswa maupun siswi yang bersekolah disekolah tersebut.








BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1            Jumlah responden berdasarkan usia
No
Usia
Jumlah
Persentase
1
15 tahun
5 orang
16,12 %
2
16 tahun
7 orang
22,58 %
3
17 tahun
14 orang
45,16 %
4
18 tahun
5 0rang
16,13 %

          Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
No
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
10
32,25 %
2
Perempuan
21
67,74 %

            Jumlah responden berdasarkan kelas
No
Kelas
Jumlah
Persentase
1
X.2
2
6,45 %
2
X.8
4
12,9 %
3
XI IPA 2
5
16,13 %
4
XII IPS 1
13
41,9 %
5
XII IPS 2
7
22,58 %

3.2            Hasil Perolehan Data
Responden
Waktu bertemu pacar
Waktu belajar dan
 prestasi sekolah
 


1
2
3
4
9
6

2
3
6
9
36
18

3
5
5
25
25
25

4
3
4
9
16
12

5
3
4
9
16
12

6
4
5
16
25
20

7
3
4
9
16
12

8
2
3
4
9
6

9
4
2
16
4
8

10
2
7
4
49
14

11
2
5
4
25
10

12
1
9
1
81
9

13
5
4
25
16
20

14
5
4
25
16
20

15
4
3
16
9
12

16
3
8
9
64
24

17
1
6
1
36
6

18
5
5
25
25
25

19
4
4
16
16
16

20
4
5
16
25
20

21
3
5
9
25
15

22
1
3
1
9
3

23
4
3
16
9
12

24
3
7
9
49
21

25
4
4
16
16
16

26
2
4
4
16
8

27
2
6
4
36
12

28
1
5
1
25
5

29
2
6
4
36
12

30
4
5
16
25
20

31
3
5
9
25
15

 Jumlah
 = 94
 = 149
 =332
=789
 =434 





3.3            Analisa Data
Rumus Korelasi
     
 = 22201  = 8836
Rumus Kolerasi adalah korelasi produk dari person, dimana korelasi disimbolkan dengan r, besarnya r akan berada diantara angka -1 dan +1, atau -1 ≤  r    +1. Besarnya r akan berada diantara hubungan antara dua variable tersebut makin besar, sedangkan apabila nilai r mendekati 0, berarti hubungan makin kecil.
Angka dan tanda (positif dan negatif) memiliki arti masing-masing. Angka mewakili kekuatan hubungan, yaitu angka ±1 berarti  bahwa kedua variable memiliki hubungan yang sempurna (perfect relationship), dan angka 0,00 berarti bahwa kedua variable tidak memiliki hubungan sama sekali. 0,001– 0,20 mewakili hubungan yang sangat lemah, 0,21 – 0,40 mewakili hubungan yang lemah, 0,41 – 0,60 sedang, 0,60 – 0,81 -0,99 kuat.
Tanda positif ( + ) mengindikasikan bahwa skor yang tinggi pada salah satu variable juga diikuti dengan skor yang tinggi pada satu variable akan diikuti oleh skor yang rendah pada variabel lainnya. Sedangkan tanda negatif (–) berarti bahwa skor yang tinggi pada satu variable akan diikuti oleh skor yang rendah pada variable lainnya dan sebaliknya.
Jadi, pada penelitian pengaruh berpacaran terhadap prestasi belajar di SMA NEGERI 1 BATANGHARI, hasil nilai korelasinya adalah – 0,30 berarti terdapat hubungan yang lemah antara kedua variable.


















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.         Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh Hipotesis sementara tentang pengaruh berpacaran terhadap prestasi belajar disekitar SMA NEGERI 1 BATANGHARI terdapat hubungan antara pengaruh berpacaran dan prestasi belajar siswa. Namun, hubungan tersebut negative yaitu hubungan yang lemah. Dengan demikian, pengaruh berpacaran terhadap prestasi belajar siswa/i di SMA NEGERI 1 BATANGHARI ini waktu bertemu pacar lebih tinggi atau lebih banyak maka terhadap prestasi disekolahpun semakin rendah.
4.2.         Saran
Kepada para siswa/I diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi belajarnya disekolah, karena prestasi belajar itu sangat rentan terhadap berpacaran bila tak dapat membagi waktu diantara keduanya.











DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad,dkk.20004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Al-Mighwar, Muhammad,M.ag.2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia
Suparno.2009. Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Syafi’ie, El-Bantanie Muhammad.2011. Pacaran, bolehkah dalam islam, Jakarta: PT.Elek Media Komputindo







4 komentar:

  1. Iya boleh :) selagi itu bermanfaat

    BalasHapus
  2. bagus ni saya juga pernah dulu meneliti tentang ini, pada tahun 2006...

    BalasHapus
  3. bagus ni saya juga pernah dulu meneliti tentang ini, pada tahun 2006...

    BalasHapus